Sabtu, 26 Maret 2016

Detikcom VS Kompas.com


          1.     Sejarah Panjang Berdirinya Detik.com

Detikcom awalnya adalah proyek pribadi sebuah perusahaan penyedia jasa konsultasi, pengembangan, dan pengelolaan web, Agranet Multicitra Siberkom. Di singkat menjadi Agrako. Untuk mensiasati kondisi perusahaan saat krisis ekonomi 1997. Agrakom saat itu seperti banyak perusahaan lain juga menghadapi persoalan. Order jasa web site terhenti, sementara proyek-proyek e-commerce yang sudah di tangan di tunda oleh klien. Padahal Agrakom yang berdiri Oktober 1995 dengan investasi yang lumayan gede. Agrakom termasuk salah satu pelopor Industri konten IT yang menyasar pasar Internet yang mulai di kenal di Indonesia pada tahun 1993.

Agrakom sempat beberapa kali mengecap manisnya kue bisnis itu dari beberapa klien besar seperti Kompas Gramedia yang meluncurkan Kompas Cyber Media untuk berita koran versi Internet atau PT. Tambang Timah Tbk. Agrakom didirikan oleh Budiono Darsono dan teman teman yang sebagian besar berlatar belakang Jurnalis, pada masa awal Agrakom berkantor di perkantoran Stadion Lebak Bulus, namun berhasil menggaet sekitar 10 klien raksasa dari luar negeri. Antara lain Philips (elektronik), Hair Builder (properti), Anderson (News), Radio Extreme (Konsultan Sekuritas), Intel dan AIM Service.

Umumnya klien tersebut perusahaan Amerika dan tidak memiliki kantor di Indonesia. Kepada Agrakom sebagian besar perusahaan tersebut mempercayakan penggarapan dan pengembangan situs Web mereka. Sebagian lainnya mengorder jasa pengembangan aplikasi.

Semua kontak bisnis dilakukan melalui email dan telepon. Preview pekerjaan juga dilakukan melalui Internet. Adapun diskusi pekerjaan dipresentasikan melalui Chat yang secara khusus dibuat oleh Agrakom. Nilai proyek yang ditangani terus meningkat, awalnya hanya Rp. 300 juta, lalu meningkat Rp. 425 juta bahkan sempat sampai mencapai Rp. 1 Miliar.

Tapi kue manis tersebut tak berlangsung lama, Krisis Moneter 1997 membuyarkan semuanya. Mensikapi kondisi tersebut , kemudian Budiono Darsono (eks Wartawan DeTik), Yayan Sofyan (eks Wartawan DeTik), Abdul Rahman (eks Wartawan Tempo) dan Didi Nugrahadi (tetangga rumah Budiono yang tinggal di Pamulan Tangerang). Empat sekawan ini berpikir keras mencari konsep jasa web baru yang tetap laku dalam situasi krisis. Ada cerita lain bahwa ide ini lahir akibat paket layanan baru dan pernah ditawarkan kepada salah satu penerbit koran besar, namun ditolak. Klien itu justru menyarankan agar Budiono dan kawan kawannya menggarapnya sendiri.

Dari serangkaian pertemuan, nongkrong di berbagai tempat, akhirnya konsep itu ditemukan. Yaitu sebuah media yang 100% berbasis Internet dan memanfaatkan semaksimal mungkin keunggulannya tersedia setiap saat dan interaktif. Namun gagasan ini masih mentah karena Budiono dan kawan kawan masih bingung seperti apa wujudnya. Terdapat beberapa alternatif matang dan tinggal menjiplak saja. Misalnya waktu itu lagi populer sekali Yahoo, dimana orang yang mau browsing pasti ke Yahoo dulu, buat cari informasi, jadi ada rencana buat portal seperti Yahoo, atau bikin Web Mail Gratis macam Hotmail. Tetapi pilihan akhirnya jatuh pada membuat situs berita yang cepat terupdate dalam hitungan menit, bukan lagi harian seperti koran.

Budiono sangat yakin orang-orang sedang membutuhkan berita macam begini. Gagasan itu sepertinya mencontek gaya breaking news televisi CNN tetapi ala internet. Sama juga seperti Yahoo! yang sebetulnya sudah memakai konsep itu dengan berita update langganan dari pelbagai kantor berita. Sayangnya, mesin pencari ini masih berbahasa Inggris. Padahal di Indonesia hanya sedikit orang yang mau baca Web Site berbahasa Inggris. Detik.com waktu itu memang unik. Jangankan Di Indonesia, di seluruh dunia pun waktu itu tidak ada Portal Berita macam Detik.com.

Pada awal operasionalnya Budiono menjabat sebagai pemimpin redaksi sekaligus reporter dengan satu tape recorder. Lalu merekrut beberapa reporter, sembari rajin menelepon bekas teman-teman wartawan di media lain untuk menyumbang berita. Beritanya singkat, orang yang sering di telpon Budiono adalah Sapto Anggoro, redaktur di harian Republika, yang kerap memberi info baru di lapangan kepadanya.

Tidak lama Sapto justru keluar dari koran itu dan bergabung, bahkan sekarang tercantum sebagai dewan redaksi Detikcom. Delapan hari setelah Soeharto lengser, 30 Mei 1998, server Detikcom sudah siap di akses, namun baru mulai on line dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998. Berita-beritanya segar, anyar, dan terus menerus diperbaharui dalam hitungan detik. Desain website berbalut warna khas yang agak norak, hijau, biru, dan kuning. Warna ini sampai sekarang dipertahankan sebagai trademark. Baru sebulan Detikcom on line telah ada sekitar 15.000 hits alias yang mengklik situs baru itu. Perkiraan itu akhirnya terbukti karena dalam waktu singkat Detikcom menjadi sangat dicari.Satu tahun kemudian, jumlah pengunjung melesat menjadi 50.000 orang perhari, sebuah pencapaian luar biasa mengingat pengguna Internet yang baru sedikit saat itu.

Banyak cerita tentang sulitnya para reporter Detikcom menyajikan berita – berita secara tepat waktu. Saat itu belum ada BlackBerry atau semacam SmartPhone yang bisa mengirimkan email berita dengan sekali pencet. Telepon genggam (Handphone) apalagi PDA di tahun 1998 – 1999 amat mahal, dan terbatas. Satu satunya jalan adalah memanfaatkan telepon umum dan setiap pagi para reporter Detikcom terlebih dahulu diwajibkan untuk masuk ke kantor mengambil beberapa kantung uang recehan. Yang terjadi adalah antrean panjang telepon umum dan para wartawan itu sering kena omel para pengguna telepon. Dengan begitu berita yang dikirimkan disiasati lebih singkat dan pendek.

Keberhasilan Detikcom pun turut menjadi pemicu munculnya demam Internet di Indonesia pada pertengahan 1999. Ini menyadarkan banyak konglomerat media yang merasa kecolongan tidak memanfaatkan kesempatan emas di waktu yang sulit itu. Lagi pula, membangun sebuah situs tidak perlu modal yang banyak, seperti mendirikan pabrik. Mulailah bermunculan perusahaan Internet serius didirikan seperti Satunet, Astaga!com. James Riyadi pemilik Lippo Life membuat Lippo e-Net dan Lippostar. Adapula Mweb, Kopitime, dan BolehNet. Bedanya portal-portal tersebut banyak yang didirikan hanya untuk mendapatkan keuntungan sesaat. Investasi awal jor-joran dengan menawarkan pelbagai fasilitas canggih berbiaya besar yang di gratiskan seperti email, chatting, kirim SMS dan bahkan webfax gratis, untuk mengundang pengunjung. Setelah mencatat banyak hits, mereka melepas kepemilikan di bursa saham untuk mendapatkan dana.

Di kepung oleh pemodal besar membuat Agrakom pun menjual 15% saham Detikcom kepada Investor asal Hongkong, Pasific Tech seharga USD2 juta. Uang sebanyak itu berpuluh kali lipat dari investasi awal DetikCom yang hanya Rp. 40 juta. Dana sebesar itu membuat Detikcom nervous harus seberapa besar pendapatan yang diperoleh kalau investasinya saja sudah hampir menginjak belasan juta dollar Pak Budiono Darsono Akhirnya di putuskan belanja teknologi dikeluarkan seperlunya. Tenaga penjual iklan di rekrut. Bahkan, iklan dari dotcom lain di terima, termasuk dari kompetitor.

Awal Januari 2000, Detikcom merilis email gratis, chating, ruang diskusi, dan menambah sejumlah kanal baru. Ciri khas jurnalistik lebih di pertajam dengan serangkaian kerja sama organisasi kampanye untuk memasok berita di daerah. Fasilitas SMS dan WebFax gratis yang biaya operasinya mahal ditiadakan. Tidak ada biaya promosi miliaran rupiah. Tidak ada content management system seharga ratu san ribu dolar, tetapi mengembangkan sendiri. Langkah meniru nan hati-hati itu akhirnya bisa menyelamatkan. Di awal milenium, krisis dotcom meledak di Amerika Serikat. Saham saham perusahaan berbasis teknologi bertumbangan. Kekecewaan investor bahwa jaringan internet ternyata tidak mendatangkan keuntungan seperti yang dijanjikan terbukti sudah oleh kiamat dotcom yang datang lebih cepat. Dari sisi pendapatan krisis dotcom tahun 2000 telah menyebabkan banyak pemasang iklan tidak lagi mau percaya pada media Internet. Satu persatu portal yang pada tahun 1999 tumbuh pesat, kini mulai gulung tikar.

Maka awal 2001 situs situs milik para Konglomerat Media itu kehabisan modal. Budiono dan kawan kawan bertahan dengan modal pas-pasan setelah menutup kembali fasilitas yang di anggap tak menguntungkan. Detikcom masih memiliki napas hasil menyisakan modal dan sedikit dari penghasilan iklan – Oktober 2000 pendapatan iklan Detikcom mencapai lebih dari Rp. 500 juta. Berita yang tak banyak pembacanya dan tak menarik pemasang iklan dihentikan. Serangkaian bidang usaha baru dirilis, tahun 2003 terlihat bahwa dari beberapa bidang usaha baru, mobile data (layanan kirim berita lewat SMS) adalah yang paling cepat memberi hasil.

Selanjutnya, Detikcom melenggang sendirian tanpa lawan yang berarti. Banyak pujian datang karena Detikcom salah satu dari sedikit media yang bisa bertahan pada era industri media yang mulai bergerak ke arah konglomerasi. Ada Kompas Gramedia, Media Group, Para Group, MNC, Jawa Pos Group, dan Visi Media Asia.


2.  Pendiri DetikCom 


Nama asli: Budiono Darsono
Nama panggilan:
Nama Populer: Budi
TTL: Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, 1 Oktober 1960.

Biografi
Budiono Darsono adalah salah satu dari 4 pendiri Detik.com, media online terbesar di Indonesia. Sedangkan yang lainnya adalah Yayan Sopyan (eks wartawan Detik), Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo), dan Didi Nugrahadi.

Hampir semua orang Indonesia yang melek internet kenal dengan Detik.com. Detik.com merupakan portal berita pertama di Indonesia yang didirikan oleh Budiono Darsono dan rekan-rekannya, Yayan Sopyan, Abdul Rahman, serta Didi Nugrahadi.

Beliau mempunyai ide untuk mendirikan Detik.com ketika terjadi krisis politik di tahun 1998. Kala itu, kantor tabloid Detik, tempat dia bekerja, diberangus bersama-sama majalah Tempo dan Editor. Dengan bermodalkan semangat, tape recorder, dan HT (Handy Talky), ia meliput peristiwa-peristiwa seputar unjuk rasa mahasiswa dan pergolakan politik, yang memang sedang marak saat itu. Liputan pertama Detik.com adalah tragedi Semanggi 1998.

Pemilihan nama Detik.com terinspirasi karena Budiono memimpikan setiap detik selalu ada berita baru yang harus dipublikasikan. “Mengapa menunggu besok? Detik ini juga,” begitulah slogan yang terpampang di blog resmi Budiono.

Masa-masa awal perjalanan Detik.com banyak menyita waktu dan tenaga Budiono. Setiap waktu harus mencari informasi, wawancara, menulis, dan posting. Sampai-sampai istri dan keluarga terlupakan. Kerja keras dan pengorbanan Budiono berbuah manis, Detik.com tetap eksis hingga saat ini, tidak seperti situs-situs berita lain seperti Satunet, Astaga, Koridor, Mandiri, yang tidak mampu bertahan. Bahkan sekarang Detik.com menjadi situs berita terbesar di Tanah Air.

Karier
1. Karier Kerja Wartawan Surabaya (1984)
2. Karier Kerja Wartawan Majalah Tempo untuk wilayah Jawa Timur (1987)
3. Karier Kerja Wartawan Biro Tempo Jakarta (1988)
4. Karier Kerja Wartawan Berita Buana (1992)
5. Karier Kerja Redaktur Pelaksana tabloid Detik pimpinan Eros Djarot (0)
6. Karier Kerja Editor Eksekutif PT Surya Citra Televisi (SCTV) (0)
7. Karier Kerja Redaktur Eksekutif Simponi (0)
8. Karier Kerja Pendiri dan Direktur Utama PT Agranet Multicitra Siberkom (Agrakom) (1998)
9. Karier Kerja Redaktur Pelaksana detikcom (0)


Manajemen DetikCom
  • Komisaris Utama: Drs Raden Suroyo Bimantoro 
  • Wakil Komisaris Utama: Zainal Rahman 
  • Komisaris:       
           1. Sutrisno Iwantono 
           2. Calvin Lukmantara
  • Direktur Utama: Abdul Rahman  
  • Wakil Direktur Utama: Budiono Darso
  • Direktur Sales dan Marketing: Nur Wahyuni Sulistiowati 
  • Direktur Entertainment: Wishnutama Kusubandio 
  • Direktur IT: Andry S Huzin 
  • Direktur Keuangan dan HRD: Warnedy

3.  Tampilan menu berita

Tampilan menu berita dari Detik.com pun terpapar dengan rapi di atas, yakni meliputi detikNews, detikFinance, detikHot, detiki-Net, detikSport, detikOto, detikHealth, dll. Saat mengKlik menu detikNews misalnya, maka akan langsung membuka windows baru. Hal ini memudahkan kita dalam memilih berita yang kita inginkan.


4.  Tampilan Berita utama

Ini adalah tampilan berita utama pada halaman utama detik.com. bagian atas mengenai berita-berita utama pada detik.com, dan pada bagian bawah berisi synopsis dari berita-berita utama.

5.  Menu daftar Iklan 



Fitur ini berisi daftar iklan. Para pengunjung dapat mencari barang atau jasa yang diinginkan pada kolom search tersebut, sehingga memudahkan pengunjung untuk mencari barang yang dibutuhkan.


6.  Sajian bahasa dan analisa berita
Detik.com selalu menampilkan berita atau informasi dengan bahasa yang tidak begitu formal, dan begitu pula dengan analisa berita yang ditulis tidak begitu tajam sehingga memudahkan para pembaca untuk membacanya.

7.  Kecepatan publikasi & keakuratan isi berita
Dalam mempublikasikan suatu berita atau informasi, Detik.com termasuk  yang paling cekatan dan cepat. Namun kadang-kadang kebenaran tentang suatu berita yang disajikan belum tentu akurat.

8.  Target pembaca
Perbedaan desain, bahasa, dan analisa berita tersebut, mungkin memang sengaja dilakukan untuk disesuaikan dengan target pembaca masing-masing situs berita. Jika dilihat dari penampilan desain, bahasa dan analisa berita, target pembaca dariDetik.com adalah kalangan Remaja atau Anak Muda. Sedangkan Kompas.com adalah kalangan Executive Muda atau Business Man.

9.  Kelebihan detik.com


  • Informasi yang cepat dalam menyampaikan informasi yang didapat dari masyarakat. Dalam hal ini update informasi dilakukan selama 24 jam. 
  • Berita yang dimuat, ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat. 
  • Mudah mengaksesnya, dan bisa dinikmati dengan berbagai macam perangkat tekhnologi baik komputer maupun telepon genggam. 
  • Memungkinkan interaksi pembaca melalui fasilitas forum pembaca. Sehingga masing-masing pembaca bisa saling berdiskusi atas sebuah topik. 
  • Didukung oleh wartawan wartawan yang memiliki tingkat profesionalisme tinggi sehingga mampu menyuguhkan berita yang bermutu.

 






 
1.  Review Kompas.com
Kompas.com merupakan portal berita dan multimedia paling terkemuka dan paling kredibel di Indonesia. Sebelumnya kompas online dikenal luas oleh masyarakat dengan sebutan kompas Cyber Media. Kompas didirikan pada tahun 2005. Sedangkan kompas online berdiri pada mei 2008 dengan pemutakhiran pada segi desain situs dan mutu beritanya. Pada tahun 2011 Kompas.com mendapatkan penghargaan Silver Awards sebagai portal Koran berita online terbaik di Asia dalam ajang Asian Digital Media Awards

2.  Sejarah Kompas

Ide awal penerbitan harian ini datang dari Menteri/Panglima TNI AD Letjen Ahmad Yani, untuk mengadang dominasi pemberitaan pers komunis. Gagasan diutarakan kepada Menteri Perkebunan saat itu Drs Frans Seda, yang kemudian menggandeng Drs Jakob Oetama dan Mr Auwjong Peng Koen—dua tokoh yang memiliki pengalaman menerbitkan media cetak.

Untuk mewujudkan gagasan tersebut, dibentuklah Yayasan Bentara Rakyat pada 16 Januari 1965. Nama semula diusulkan Bentara Rakyat. Atas usul Presiden Sukarno, namanya diubah menjadi Kompas, yang berarti pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan rimba. Kompas terbit pertama kali pada 28 Juni 1965 dengan tiras sebanyak 4.828 eksemplar.

Kompas sempat dua kali dilarang terbit. Pertama, pada 2 Oktober 1965 ketika Penguasa Pelaksana Perang Daerah Jakarta Raya mengeluarkan larangan terbit untuk semua surat kabar, termasuk Kompas, sebagai upaya agar pemberitaan tidak menambah rasa bingung masyarakat terkait peristiwa Gerakan 30 September yang tengah berkecamuk. Kompas terbit kembali pada 6 Oktober 1965.

Pada 21 Januari 1978, Kompas untuk kedua kalinya dilarang terbit bersama enam surat kabar lainnya. Pelarangan terkait pemberitaan seputar aksi mahasiswa menentang kepemimpinan Presiden Soeharto menjelang pelaksanaan Sidang Umum MPR 1978. Pelarangan bersifat sementara dan pada 5 Februari 1978, Kompas terbit kembali.

Pada edisi perdana, Kompas terbit empat halaman dengan 11 berita pada halaman pertama. Terdapat enam buah Iklan yang mengisi kurang dari separuh halaman. Pada masa-masa awal berdirinya, Kompas terbit sebagai surat kabar mingguan dengan delapan halaman, lalu terbit empat kali seminggu, dan dalam waktu dua tahun berkembang menjadi surat kabar harian nasional dengan tiras 30.650 eksemplar.

Sejak 1969, Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional. Pada 2004, tiras harian mencapai 530.000 eksemplar, sedangkan edisi Minggu mencapai 610.000 eksemplar. Kompas diperkirakan dibaca 2,25 juta orang di seluruh Indonesia. Dengan tiras sebesar itu, Kompas menjadi surat kabar terbesar di Indonesia. Untuk memastikan akuntabilitas jumlah tiras, sejak 1976, Kompas menggunakan jasa ABC (Audit Bureau of Circulations) untuk melakukan audit.

Saat ini, Kompas Cetak (bukan versi digital) memiliki tiras rata-rata 500.000 eksemplar per hari, dengan rata-rata jumlah pembaca mencapai 1.850.000 orang per hari yang terdistribusi ke seluruh wilayah Indonesia.

3.  Redaksi Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita terpercaya di Indonesia. Diupdate secara terus menerus selama 24 jam sehari, dengan total readership lebih dari 10 juta orang. Sedangkan tingkat kunjungan atau lebih dikenal dengan sebutan page view, mencapai 40 juta setiap bulan.

Sebagai situs berita paling lengkap dan paling banyak dikunjungi di tanah air, Kompas.com menyediakan jasa pemuatan iklan melalui Internet (online advertising) yang menawarkan kreasi komunikasi interaksi, cyber ad, yang sangat atraktif dan efektif bagi pencinta dunia maya.

Mulai dari iklan banner yang telah akrab dengan pengguna web, Kompas.com pun memiliki berbagai jenis iklan lain yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan pemasang iklan, seperti iklan banner kreatif, email blast, mini website, dan lain-lain.

Kompas.com juga memberikan layanan lain yang berhubungan dengan Internet dan multimedia, seperti pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan website serta berbagai aplikasi pemrograman, baik yang digunakan dalam website maupun untuk berbagai kebutuhan lainnya. Selama tujuh tahun, ratusan perusahaan dalam dan luar negeri telah menggunakan jasa Kompas.com.

Online news tak hanya bisa diakses melalui www.kompas.com, Kompas.com juga melayani Mobile News. Para pengiklan yang ingin memasang iklan bisa langsung berinteraksi dalam Online Advertising pada situs www.kompas.com. Layanan tanpa batas Kompas.com juga dilengkapi dengan layanan pembuatan materi presentasi dalam bentuk CD ROM interaktif dan multimedia.

 4.  Pendiri Kompas.com

  •   Biografi P.K. Ojong
Nama lengkapnya Petrus Kanisius Ojong atau Auwjong Peng Koen Lahir di Bukittinggi, 25 Juli 1920, dengan nama Auw Jong Peng Koen ia adalah salah satu pendiri surat kabar Kompas selain Jakob Oetama. Ayahnya, Auw Jong Pauw, sejak dini giat membisikkan kata hemat, disiplin, dan tekun kepadanya. Auw Jong Pauw awalnya petani di Pulau Quemoy (kini wilayah Taiwan) yang kemudian merantau ke Sumatra Barat. Ojong sudah dikaruniai anugerah tak terkira. Kelak, meski sudah menjadi juragan tembakau, trilogi hemat, disiplin, dan tekun tetap dipedomani keluarga besar (11 anak dari dua istri; istri pertama Jong Pauw meninggal setelah melahirkan anak ke-7. Peng Koen anak sulung dari istri kedua) yang menetap di Payakumbuh ini. Saat Peng Koen kecil, jumlah mobil di Payakumbuh tak sampai sepuluh, salah satunya milik ayahnya. Artinya, mereka hidup berkecukupan.

Tapi, Sang Ayah, Jong Pauw selalu berpesan, nasi di piring harus dihabiskan sampai butir terakhir. Sampai akhir hayat, Peng Koen tak pernah menyentong nasi lebih dari yang kira-kira dapat dihabiskan. Ojong mempunyai enam anak, empat di antaranya laki-laki. P.K. Ojong saat bersekolah di Hollandsch Chineesche School (HCS, sekolah dasar khusus warga Tionghoa) Payakumbuh. Di masa ini, ia berkenalan dengan ajaran agama Katolik. Beberapa waktu kemudian, dia masuk Katolik dan mendapat nama baptis Andreas. Ia gemar membaca koran dan majalah yang dilanggani perkumpulan penghuni asrama. Kalau murid lain cuma memperhatikan isi tajuk rencana, Auwjong menelaah juga cara penulisan dan penyajian gagasan. Sifat-sifat itu membentuk karakter Auwjong. Kebiasaan hemat  membuatnya hati-hati dan teliti. Disiplin dan tekun membentuk dia jadi orang yang lurus dan serius.

Walau sejak di HCK Meester Cornelis dia sudah mulai menulis, pekerjaan pertama Auwjong adalah guru. Mudah dimengerti karena HCK memang sekolah calon guru. Dia memilih HCK karena biayanya murah. Kebetulan, kondisi keuangan keluarganya sepeninggal sang ayah tahun 1933 tidak terlalu baik.Selulus HCK pada Agustus 1940, ia mengajar di kelas I Hollandsch Chineesche Broederschool St. Johannes di kawasan Jakarta Kota. Saat Jepang menyerbu Hindia Belanda, sekolah-sekolah ditutup. Seperti guru-guru lain, Auwjong kehilangan mata pencaharian. Tamatlah kariernya di bidang pendidikan. Waktu bergulir, Auwjong makin lihai memainkan pena. Kepercayaan besar datang, menyusul pengangkatannya sebagai redaktur pelaksana Star Weekly. Di tengah kesibukan mencari berita, dia menyempatkan diri menimba ilmu di Rechts Hoge School (RHS), kini Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Dia juga aktif membantu kegiatan berbau sosial yang diadakan Sin Ming Hui (kini Candra Naya), perkumpulan sosial yang didirikan Khoe Woen Sioe dan Injo Beng Goat. Sin Ming Hui didirikan untuk menyalurkan ketidakpuasan mereka pada para pemuka Tionghoa yang tua-tua dan kaya-raya. Khoe dan Injo merasa para pemuka itu tidak membela orang-orang yang diwakilinya. Khoe dan Injo dikenal sebagai duo antikomunis. Injo Beng Goat bahkan pernah berpidato di corong RRI, menganjurkan golongan Tionghoa selalu mendukung RI. Kelak, Sin Ming Hui menjadi pencetus lahirnya sejumlah organisasi sosial, di antaranya RS Sumber Waras dan Universitas Tarumanegara, Jakarta.

Tahun 1951, Auwjong lulus RHS. Ia segera diangkat menjadi pemimpin redaksi Star Weekly. Ia meminta para ahli menulis tentang masalah yang hangat. Saat Amerika meledakkan bom hidrogen, misalnya, Auwjong mencari orang yang bisa menjelaskan secara populer kepada pembaca. Agar ceritanya tidak terlalu ilmiah, dia menyiapkan dulu pertanyaan-pertanyaan yang lazim muncul di benak awam, kemudian menerjemahkan keterangan rumit si ahli tadi. Auwjong sangat ahli dalam soal seperti ini. Sebagai pengasuh rubrik tetap, dipilih mereka yang benar-benar ahli. Umpamanya, ruang pajak diasuh Mr. Sindian Djajadiningrat, Direktur Jenderal Iuran Negara saat itu. Sedangkan Prof. Poorwo Soedarmo, dokter ahli gizi yang memperkenalkan konsep "Empat Sehat Lima Sempurna", mengasuh ruang gizi.

Auwjong termasuk kutu buku. Buku hariannya penuh judul buku, tanggal, dan harga pembeliannya. Bahkan, selama perjalanan berangkat atau pulang kantor pun ia memelototi bacaan. Dari koleksi bukunya, tercermin luasnya minat Auwjong. Mulai yang berbau hukum, sejarah, kesenian, kesusasteraan, kebudayaan, sosiologi, sains, jurnalistik, filsafat, cerita kriminal, psikologi, tanaman, kesehatan, hingga buku masakan. Cerita tentang Perang Eropa dan Pasifik yang dimuat Star Weekly tahun 1950-an merupakan buah kesukaan Auwjong membaca. Sebagai pimpinan majalah yang cukup disegani, Auwjong tak bisa menutup mata dari aktivitas berbau politik. Akhir 1953, dia termasuk orang yang prihatin pada nasib golongan Tionghoa peranakan yang terancam kehilangan kewarganegaraan Indonesianya.


Waktu itu, pemerintah membuat RUU yang menganggap peranakan Tionghoa di Indonesia memiliki kewarganegaraan rangkap. Kalau mau menjadi WNI, mereka harus aktif menolak kewarganegaraan RRC. Aturan ini sangat tidak menguntungkan buat peranakan Tionghoa yang tinggal di pelosok dan tidak terpelajar. Puncaknya, dalam pertemuan di Gedung Sin Ming Hui, berkumpul sejumlah tokoh peranakan Tionghoa, di antaranya Siauw Giok Tjhan, Tan Po Goan, Tjoeng Tin Jan, Tjoa Sie Hwie (keempatnya angota parlemen), Yap Thiam Hien, Oei Tjoe Tat. Mereka membentuk panitia yang bertugas meneliti masalah kewarganegaraan Indonesia bagi keturunan Tionghoa dengan Siauw Giok Tjhan.


  • Biografi Jakob Oetama 
 
Jakob Oetama adalah seorang pria kelahiran Magelang Jawa tengah yang merupakan salah satu pendiri surat kabar Kompas. Putra dari seorang pensiunan guru ini tumbuh besar di daerah Yogyakarta. Begitu lulus dari SMA Seminari di Yogyakarta, Jakob sempat berprofesi sebagai guru SMP di dua sekolah yaitu SMP Mardiyuwana (Cipanas, Jawa Barat) dan SMP Van Lith di Jakarta. Pada tahun 1955, sebelum ia mengambil pendidikan Ilmu Sejarah di sekolah Guru, Jakarta, Jakob sempat bekerja sebagai redaktur Mingguan Penabur Jakarta.

Ia melanjutkan studinya dalam bidang jurnalisme dengan mengambil pendidikan di Perguruan Publisistik Jakarta dan Jurusan Publisistik di universitas Gajah Mada Yogyakarta. Pada tahun 1963, bersama P.K. Ojong terilhami oleh majalah Reader’s Digest asal Amerika dan mendirikan majalah yang bernama Intisari yang bertemakan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi. Majalah yang terbit setiap satu bulan sekali itu pertama kali secara resmi diterbitkan pada bulan Agustus 1963. Dua tahun setelah majalah intisari terbit, tepatnya pada tanggal 28 Juni 1965, Jakob dengan ojong kembali bekerja sama dalam mendirikan sebuah surat kabar harian yang diberi nama Kompas.

Pria yang mendapatkan gelar doctor honoris causa ke-18 Universitas Gajah Mada ini terkenal akrab dengan banyak rekan wartawan senior seperti Adinegoro, Padad Harahap, Kamis Pari, Mochtar lubis, dan Rosihan Anwar. Jakob mengatakan bahwa mereka semua memiliki jiwa humaniora dan prinsip jurnalistik yang amat teguh dan hal tersebut lah yang membuatnya terinspirasi hingga mampu menjadikan dirinya seperti sekarang. Di bawah kepemimpinan Jakob, kini Kompas Gramedia Group telah berkembang pesat hingga kini mempunyai ratusan toko buku, percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun televisi hingga perguruan tinggi.

5.  Fitur-fitur

Kompas.com menampilkan menu-menu berita yang hampir sama dengan Detik.com, yakni Nasional, Regional, Internasional, Megapolitan, Bisnis & Keuangan, Kesehatan, Olahraga, dll. Saat mengKlik menu berita, pada Kompas.commaka secara otomatis membuka windows baru seperti pada Detik.com.

Berita headline yang ada pada Kompas.com ditampilkan di tengah-tengah dengan gambar yang cukup besar. Sedangkan berita Terkini dan Topik pilihan dibawahnya berita Headline. Memanjang ke bawah, lengkap dengan berita paling baru dan pilihan kategori-kategori (kanal-kanal) berita seperti yang ada pada header di menu home seperti News, Ekonomi, Bola, Dll. Lalu di bawah Headline, terdapat berita Pilihan Editor yang hadir dalam bentuk potongan gambar sehingga lebih terlihat menarik. Di sebelah kanan Headline disimpan iklan-iklan seperti iklan sepatu, tas, dll.

Untuk memberikan kenyamanan pembaca, berita Terkini dan Pilihan Editor dilengkapi dengan pengaturan rubrik berita. Dengan mengklik tombol “Edit”, pembaca  bebas memilih rubrik apa saja yang ingin ditampilkan di Pilihan Editor maupun di berita Terkini. Sangat personal, sehingga berita yang kurang diminati tidak lagi memenuhi halaman utama Kompas.com.












Tampilan menu awal Kompas.com


                                                                                      Tampilan dibawah Headline


Pada tahun tersebut juga mulai ditampilkan channel-channel atau kanal-kanal di halaman depan Kompas.com. Kanal-kanal ini didesain sesuai dengan tema berita dan membuat setiap pengelompokan berita memiliki karakter. Kanal-kanal tersebut antara lain adalah: 
  • KOMPAS Female

Memuat informasi seputar dunia wanita: tips-tips seputar karier, kehamilan, trik keuangan serta informasi belanja.
  • KOMPAS Bola

Tempat akurat untuk mengetahui update skor, berita seputar tim dan pertandingan sepak bola.
  • KOMPAS Health

Berisi tips-tips dan artikel tentang kesehatan, informasi medis terbaru, beserta fitur informasi kesehatan interaktif.
  • KOMPAS Tekno

Mengulas gadget-gadget terbaru di pasaran, menampilkan review produk dan beragam berita teknologi.
  • KOMPAS Entertainment

Menyajikan berita-berita selebriti, ulasan film, musik dan hiburan dalam dan luar negeri.
  • KOMPAS Otomotif

Menampilkan berita-berita seputar kendaraan, trend mobil dan motor terbaru serta tips-tips merawat kendaraan.
  • KOMPAS Properti

Memuat direktori lengkap properti dan artikel tentang rumah, apartemen serta tempat tinggal.
  • KOMPAS Images

Menyajikan foto-foto berita berkualitas dalam resolusi tinggi hasil pilihan editor foto KOMPAS.com.
  • KOMPAS Karier

Kanal yang tak hanya berfungsi sebagai direktori lowongan kerja, namun juga sebagai one-stop career solution bagi para pencari kerja maupun karyawan.


6.  Desain dan Fitur Baru

Pada tahun 2013, Kompas.com kembali melakukan perubahan yaitu, tampilan halaman yang lebih rapi dan bersih, fitur baru yang lebih personal dan sekaligus menambahkan teknologi baru yaitu Responsive Web Design. 

Responsive Web Design di halaman baru Kompas.com memungkinkan pembaca dapat menikmati Kompas.comdiberbagai format seperti desktop PC, tablet hingga smartphone dalam satu desain halaman. Setiap orang memiliki preferensi dan kebutuhan berita yang berbeda. Kompas.com mencoba memahami kebutuhan pembaca yang beragam dengan menghadirkan fitur Personalisasi. Jadi, pembaca dapat dengan mudah memilih sendiri berita apa yang ingin mereka baca.

7.  Komunitas

KOMPAS.com juga telah menciptakan komunitas menulis dengan konsep citizen journalism dalam Kompasiana. Setiap anggota Kompasiana dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video. Kompasiana juga melibatkan kalangan jurnalis Kompas Gramedia dan para tokoh masyarakat, pengamat serta pakar dari berbagai bidang, keahlian dan disiplin ilmu untuk ikut berbagi informasi, pendapat dan gagasan. Kompasiana, yang setiap hari melahirkan 300 hingga 400 tulisan telah berhasil membangun komunitas jurnalisme warga yang mencapai 50.000 anggota.

Sebagai portal berita yang mengikuti perkembangan teknologi terkini, kini selain bisa diakses melalui handphone atau dapat diunduh sebagai aplikasi gratis di smartphone BlackBerry, KOMPAS.com juga tampil dalam format iPad dan akan terus tumbuh mengikuti teknologi yang ada. 
  • Penghargaan Cerpen “Kompas” : Merupakan aktivitas yang dilakukan Harian Kompas dalam mendukung kesusastraan Indonesia melalui penghargaan yang sudah berlangsung semenjak tahun 1992.
  • Dana Kemanusiaan “Kompas” (DKK) : Merupakan aktivitas pengumpulan dana untuk kemanusiaan yang aset tahunannya diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Leonard, Mulia & Richard. Dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan, Kompas tidak pernah mendiskriminasi para penerimba bantuan baik dari segi etnis, agama, gender, maupun usia/umur. Dalam menentukan kebutuhan dan pengalokasikan dana, harus melalui Dewan Pengawas DKK.
  • Milis Forum Pembaca Kompas (milis FPK) : Milis ini dibentuk oleh salah seorang pembaca Kompas bernama Agus Hamonangan pada tanggal 30 Juli 2004. Selain sebagai pendiri, Agus Hamonangan juga aktif sebagai moderator. Selain pembaca Kompas, milis tersebut juga dilanggani oleh karyawan Kompas terutama bagian redaksi. Karena lahir dari komunitas, maka pengelolaannya juga dilakukan oleh komunitas secara sukarela, pihak Kompas tidak mengelola secara langsung. Milis yang beranggotakan lebih dari 11.000 orang lebih ini beralamat di Forum-Pembaca-Kompas.
  • Diskusi Panel Forum Pembaca Kompas (FPK) atau yang juga biasanya disebut Kompas Audience Engagement(KAE). Merupakan aktivitas resmi yang diselenggarakan oleh pihak Kompas yang melibatkan pelanggan dan penulis artikel. Kegiatan ini telah berlangsung dari tanggal 22 Juni 2002 dan saat ini (31 Oktober 2011) telah dilakukan di sepuluh (10) kota besar di Indonesia. Kota tempat aktivitas FPK adalah Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Banjarmasin, Makassar dan Bali.
  • Kompas Muda : adalah komunitas pembaca Harian Kompas yang masuk kategori muda. Kompas Muda terdiri dari Siswa-siswi Sekolah Menengah Umum (SMU) dan sederajat yang memiliki aktivitas bersama. Salah satu aktivitasnya adalah mengisi rubrik Kompas Muda di harian Kompas. Selain mengisi rubrikasi, aktivitas Kompas Muda yang berawal dari proses rekrutmen juga merambah ke berbagai kompetisi dan ajang kreativitas lainnya. Para pelajar yang berkumpul dalam komunitas Kompas Muda biasanya disebut dengan nama ‘Mudaers’.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar